Jaminan keamanan merupakan isu krusial dalam industri keuangan digital (fintech). Tidak sedikit kejahatan terjadi terkait dengan penipuan atau pencurian data berbasis digital. Hal ini yang kerap membuat perusahaan fintech terus berusaha mengadopsi fitur keamanan yang canggih untuk meminimalisir pencurian data atau penipuan dalam transaksi keuangan.
Salah satunya adalah sistem verifikasi dengan metode biometrik. Metode biometrik merupakan sistem untuk mengidentifikasi dan memverifikasi individu dengan menggunakan data biometric. Data biometrik merujuk pada karakteristik unik pada individu dari dua kategori, yaitu fisiologis dan behavioural (perilaku).
Data fisiologis berkaitan dengan aspek fisik tubuh seseorang seperti sidik jari, retina, dan wajah. Sedangkan data behavioural (perilaku), kadang disebut behaviometric, meliputi tanda tangan, analisis tulisan tangan, pengenalan pola suara, pola pengetikan dan lainnya.
Bagaimana sistem biometrik bekerja? Pertama adalah menentukan data apa saja yang paling mungkin dan cocok untuk diidentifikasi oleh sistem. Dalam ini ada yang perlu dipertimbangkan:
Untuk fungsi verifikasi, cara kerja sistem biometric adalah melakukan perbandingan data individu dengan data yang sudah disimpan sebelumnya. Contohnya scan sidik jari pada gawai.
Sedangkan untuk fungsi identifikasi, sistem database biometrik digunakan. Data dari individu diambil kemudian sistem berusaha mencocokkannya dengan item yang sudah didefinisikan dalam database. Misalnya identifikasi wajah pelaku kejahatan menggunakan data base penjahat yang sudah ada.
Beberapa alat digunakan untuk melakukan verifikasi dan identifikasi, seperti kamera, pemindai (scanner) untuk sidik jari, retina, wajah, tanda tangan, serta aplikasi pengenal suara.
Dengan demikian, verifikasi biometric menjadi fitur keamanan yang lebih canggih dalam verifikasi data dibandingkan dengan PIN dan password yang sudah umum digunakan.