Kebocoran data pribadi tentu saja membuat khawatir. Data yang bocor biasanya meliputi nama lengkap, nomor identitas dalam hal ini nomor induk kependudukan (NIK), nomor telepon, email, dan alamat. Kebocoran data bisa terjadi dari mana saja. Biasanya, para hacker atau pencuri data, mengambil dari situs-situs yang memiliki keamanan rentan dan pernah kita masuki. Baik dari situs non pemerintah atau dari situs-situs pemerintah.
Celakanya lagi, banyak pula penyelinap yang mengambil data dari PSTE (Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik) yang mewajibkan kita mengakses dengan memasukkan data pribadi tersebut.
Situasi ini oleh Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi kerap kali sudah diantisipasi. Namun perkembangan teknologi memungkinkan untuk tetap bisa mencuri data-data tersebut.
Maka, sebagai pengguna teknologi digital, yang bisa kita lakukan adalah waspada terhadap praktik kejahatan atau penipuan yang terjadi atas kebocoran data tersebut. Berikut cara Bagaimana agar data pribadi kita tidak menyebar kemana-mana, berikut tipsnya.
Jangan menggunakan password dengan kombinasi angka terkait dengan data diri, misalnya tanggal kelahiran. Usahakan kombinasi yang sulit dengan mencantumkan huruf dan angka .
Pilih proteksi ganda terhadap informasi data pribadi yang Anda berikan. Verifikasi dua langkah atau Two-factor authentication (2FA) yang ditawarkan pihak aplikasi maupun PSTE merupakan salah satu cara melindungi data.
Jangan pernah memberitahukan kode OTP kepada siapapun. Biasanya kode OTP diberikan secara personal melalui sistem kepada pengguna platform.
Jangan sembarangan mengklik link asing, sebab ditakutkan adanya phising melalui data pribadi yang ada di platform. Phising adalah suatu metode untuk melakukan penipuan dengan mengelabui target dengan maksud untuk mencuri akun target.
Usahakan untuk tetap menggunakan jaringan internet pribadi dalam gawai Anda. Tidak usah berharap untuk menggunakan wiFi publik yang disediakan gratis demi keamanan data pribadi Anda.